Thursday, 12 November 2015

PRODUCT OF SOCIETY



Saya percaya bahwa semua wanita cantik, terlepas dari
   hitam atau putih kulitnya
   tinggi atau pendek tubuhnya
   kurus atau gendut badannya
   besar atau kecil payudaranya

Wanita (menurut saya) menjadi cantik ketika mampu menerima diri apa adanya dan merawat diri sesuai kebutuhannya. Maksudnya.. mengerti dan mau belajar dalam mencari gaya atau tampilan yang sesuai dengan dirinya (bukan asal-asalan dan overconfident). 

Semalam saya membaca dan menemukan sebuah pola bahwa

   SOCIETY : BE YOURSELF.
 SOCIETY : NO.. NOT LIKE THAT. 


Confusing, huh?

- - - 

Mungkin sudah banyak orang yang bicara bahwa beauty standart diciptakan demi kepentingan politik - ekonomi media massa dan lainnya. Tenang.. Saya tidak akan berargumen tentang hal tersebut. 



Got it? 

WE'RE NOT UGLY.
   You're not ugly 
   I'm not ugly 
  SOCIETY IS. 

Saya sering berfikir.. daripada saya menghabiskan waktu dan energi untuk pleasing the world, lebih baik jika saya memperkaya diri sendiri dengan berbagai hal positif lainnya. 

Bagaimana caranya?
Dengan membaca buku, update berita dan informasi terkini, menonton tayangan dan film berkualitas, explore the world, bertemu dengan orang baru, membangun pertemanan seluas-luasnya, bertukar pikiran dengan mereka yang memiliki pikiran positif dan open-minded.. yang mampu membawa kita menjadi 'A BETTER ME'. Saya tidak menampik bahwa terkadang orang lainlah yang mampu menyadarkan kita untuk lepas dari pikiran nyaman kita (yang mungkin selama ini kurang tepat). 

Menjadi cantik memang menjadi idaman.
   But beauty without brain is null
   Because beauty without good attitude and manner is null

Apakah kita bangga 
   menjadi wanita cantik namun tidak mengerti tentang current issues?
   menjadi wanita cantik tapi tidak nyambung saat berbincang dengan orang lain? 
   menjadi wanita cantik namun segala ucapan yang terycap hanyalah kata-kata kosong? 

- - - 

There comes a point when you have to realize that you will never be pretty enough for some people, for the society..
.. be confident, enrich your life by learning something new, be the best of you -  with your brain and great attitude.  

Tuesday, 10 November 2015

Kekayaan dalam Kesederhanaan dari Patak Banteng


"It is not happy people who are thankful, 

it is thankful people who are happy".


Rumah berdinding kayu dan berlantai tanah itu memang sederhana, tapi kaya akan makna. 
   Di sini lah.. yang tadinya hanya bertegur sapa menjadi sebuah keluarga. 
   Dan di sini lah.. yang tadinya hanya bertukar pikiran menjadi sebuah penyadaran. 


Menghabiskan siang dan malam bersama di rumah Pak Dul dan keluarga yang terletak di kaki gunung Prau, Desa Patak Banteng, Wonosobo. Kebetulan, ini bukan kali pertama saya tinggal di desa bersama penduduk lokal. Tapi, entah.. kali ini saya merasakan hal yang berbeda..
   Seperti merasa tertampar.
   Disadarkan akan sesuatu hal yang mungkin selama ini mulai terlupakan.


- - - 

Satu sore menjelang maghrib, saya dan rekan saya bersama Mas Burhan (putra sulung dari keluarga Dul) sedang bermain ke Batu Pandang untuk menikmati pemandangan Telaga Warna. Kebetulan Mas Burhan sedang berpuasa dan kami pun mengajak Mas Burhan untuk berbuka puasa di daerah alun-alun Dieng. Seketika Mas Burhan merangkul kami lalu mengajak pulang. 

   "Hee.. Ibu sama Bapak udah nunggu anak-anaknya di rumah. Pasti Ibu udah masak buat kita. Kita makan di   rumah aja ya. Tapi, seadanya loh".

Saya pun tak enak hati dan langsung mengangguk. Kala itu memang kami belum mengetahui kebiasaan keluarga kami di Dieng. 

Setiba kami di rumah, kami disambut dengan wangi kaldu dari bagian samping rumah. Saya pun menghampiri Ibu Dul yang sedang memasak dan menawarkan diri untuk membantu. Ibu Dul ini orangnya sangat pemalu.. selalu tersipu, namun minim berbicara. Dirinya hanya menggeleng lalu menyuruh saya duduk di dalam untuk menghangatkan diri. 

Rumah sederhana, tapi kaya akan makna.

Suhu di Dieng saat itu berkisar 13 derajat Celcius (menurut iPhone teman saya). Buat saya yang tidak biasa dengan suhu dingin, udara Dieng malam itu lumayan menusuk tulang. Di dalam rumah, Pak Dul dan Mas Burhan sedang membuat bara di tungku untuk kami menghangatkan tubuh. Mereka lalu mengajak saya duduk melingkari tungku.

Tak lama berselang, Sofa, putri bungsu keluarga Dul serta Ibu Dul bergabung bersama kami. Mereka datang tidak dengan tangan kosong, melainkan membawa panci berisi sup kentang dan wortel yang telah matang. Kami pun makan bersama mengelilingi tungku. 

Banyak obrolan, banyak cerita.. membuat saya merasa hangat. 
   Menjadi rindu dengan suasana rumah. 

   "Mba, seadanya ya. Ini nasi nya agak keras Mba, jadi pakai kuah sup ya supaya ga terlalu keras. Supaya anget juga tubuhnya", 
ujar Ibu. 

   "Rasa Kapal Api di sini beda loh sama di kota. Kalau di sini lebih nikmat, soalnya dingin-dingin sambil ngobrol. Jadi uenak pol!",
cerita Bapak dilanjutkan dengan tawa. 

   "Tuh, Fa.. Lucu ya Mba sama Mas-nya. Udah hidup enak di kota, eh malah ke kampung nyari mau tinggal sama kita"
celoteh Mas Burhan. 

   "Kalau di kota.. sinyal handphone bagus ya, Mba?", 
tanya Sofa dengan polos.

sampai dengan..

   "Bu, nanti aku aja yang cuci piring ya"
ucap saya dan rekan saya berebut tugas yang mungkin sebenarnya sering kita abaikan ketika hidup di kota. 


- - - 

Pak Dul. Petani Kentang di Desa Petak Banteng, Dieng - Wonosobo. 


Sofa. Putri bungsu keluarga Dul yang bercita-cita menjadi perawat.


Di rumah itu, di makan malam itu
   Momen yang menyadarkan saya

'Tuk hidup tulus
   Bahwa berbagi tidak akan memiskinkan
   Bahwa menyambut orang lain dengan kerendahan hati adalah sebuah kekayaan

'Tuk hidup sederhana
   Bahwa uang dan harta tidak melulu menjadi sumber kebahagian
   Bahwa memaknai kebersamaan keluarga adalah kunci kehangatan

'Tuk menghargai hidup; 
   menghargai sepiring nasi
   menghargai usaha dan jeripayah 
   menghargai waktu bersama keluarga
   menghargai segala hal dalam hidup.. yang selama ini selalu di rasa kurang

Yang selalu dianggap kurang, 
   nyatanya selalu dianggap lebih dari yang mereka harapkan
Yang selalu dikeluhkan,
   nyatanya selalu yang mereka dambakan

Lalu ketika sudah tersadar, akankah kubiarkan berulang? 
   Bersyukurlah.. berulang
   Agar 'ku terus tersadar

Mas Burhan. Pendaki gunung lulusan pesantren yang sayang sekali dengan Ibu. 


Panggil kami.. keluarga. 

Terima kasih Bapak dan Ibu Dul, Mas Burhan, dan Sofa yang telah mengizinkan kami untuk bermalam dan menghabiskan waktu bersama. Terima kasih untuk segala cerita dan pembelajaran hidup yang telah kalian bagikan. Kalian.. luar biasa. 


xx, 
CHRIS

Monday, 2 November 2015

// A BOOK //

You Give Me the Kind of Feeling People Writes About Romance ]





It's not the length of our journey
  but its deepness
We do not collect things
  but moments

Through ups and downs
And there's always something to be thankful for

I want to travel the world with you
You love mountain and i love sea
I said
  'I want to wake up to see the sunrise with you'
You said
  'I want to sleep under a million stars with you'

I want to travel somewhere new, 
  to every country
  to every city 
  with you

Let's be adventures
Let's get lost
  somewhere
  togethe

Let's write many pages 
  about you and I
  about us 
  be happy together


2015. 

Love. It will not betray you dismay or enslave you. It will set you free. 
- Sigh No More // Mumford and Sons 


xx, 
CHRIS 

Monday, 26 October 2015

// VICTORIA PEAK //

[Seonggok Sajak ‘tuk Teman Hidup] 


kau berpijak di satu titik
di antara dua daratan berkarakteristik
bagai dua mata rantai saling berkait
pulau hong kong -  semenanjung kowloon
katamu mereka berbeda
  tapi tak pernah berseteru
katamu mereka berbeda
  tapi sama gesitnya dalam membangun 
katamu mereka berbeda
  tapi tak perlu menjadi pribadi baru
indah bukan?
ku rasa itulah seni nya hidup
kita memang beda
  tak perlu berseteru
kita memang beda
  tak henti saling membangun
kita memang beda
  tak perlu menjadi pribadi baru
kita melengkapi
  ‘tuk membuat hidup yang utuh
太平山 | Apr 29, 2015
When you seek balance, you’ll get closer to perfection.
xx.
Lensed by VIN

Rhyme by CHRIS

CAVALRY

CAVALRY by Jasmine Tan 
Ready-to-wear high fashion brand for androgynous women. 

This Fall/Winter 2016 Collection "Military in Fashion" was featured in Melbourne Fringe Festival 2015 @ The Atrium Fed Square, Melbourne from Sept 23 - Sept 25, 2015. Congrats, Jasmine ! 



Go check their collections

xx.
Photographed by Joshua Gunadhi
Talent by Chloe Clau (JIM Model) 
Makeup by Ananda Christie 

#MAENKAENSERIDUA

"MaenKaen is an Indonesia based female ethnic ready-to-wear line. The collections carry the main idea of bringing back the beauty of Indonesia traditional fabrics to the current contemporary era".
                                                                                                                        maenkaen.com







Go check out #maenkaenseridua :


xx.

Photographed by Keyna Kameron
Featuring Zilda Nursana & Mega Wulandari
Makeup by Ananda Christie

© -
Maira Gall